Jumat, 28 Februari 2014

Permintaan Terakhir Seorang Anak Penderita Leukimia


Seorang ibu muda berusia 26 tahun sedang tertunduk lesu. Ia baru saja diberitahu oleh dokter tentang hasil tes kesehatan anaknya.

LEUKIMIA. Momok mengerikan yang tak pernah diduga menyerang puteranya. Seperti ibu-ibu yang lain, ia juga ingin melihat puteranya tumbuh dewasa, ceria, mencapai cita-citanya, menikah dan memberikan cucu untuknya. Tetapi semua mimpi itu tampaknya akan segera harus direlakan, karena leukimia bukan penyakit yang dengan mudah disembuhkan, dan belum ada obat yang dengan ampuh.

"Apakah benar aku harus membiarkan impian-impian anakku juga hancur karena penyakit itu, Tuhan?" rintihnya dalam hati.

***

Suatu hari, ia berpikir tak akan membiarkan anaknya kehilangan mimpi. Sekalipun waktunya tak panjang lagi, setidaknya ada hal yang ingin ia lakukan demi membuat anaknya bahagia.

"Bopsy, hal apa yang paling kau impikan saat dewasa? Apakah kau pernah punya impian melakukan sesuatu atau menjadi seseorang yang kau inginkan?" tanya sang ibu.

"Oh iya bu, aku ingin sekali menjadi seorang pemadam kebakaran ketika dewasa nanti," katanya penuh semangat.

"Baiklah, mari kita lihat apakah kita bisa mewujudkan keinginanmu nanti," kata ibunya sambil tersenyum.

Tak menunggu lama, ketika anaknya masih berbaring di rumah sakit, sang ibu pergi ke sebuah kantor pemadam kebakaran di Phoenix, Arizona. Ia bertemu dengan seorang pemadam kebakaran yang punya hati seluas wilayah Phoenix. Ia menjelaskan kondisi Bopsy padanya dan bertanya, apakah bisa apabila anaknya diperbolehkan berkeliling blok rumah dengan mengendarai mobil pemadam kebakaran?

Bob menjawab, "dengar ya bu, kami bahkan bisa melakukan hal yang lebih dari itu. Jika hari Rabu pagi besok kau bisa membawa anakmu ke sini jam 7 pagi, kami akan akan membuatnya menjadi pemadam kebakaran honorer dalam sehari. Dia bisa datang ke sini, makan bersama dengan kami, ikut menjawab panggilan darurat dan bekerja dengan kami. Kami akan menjaganya. Dan bila kami bisa tahu berapa ukuran bajunya, kami akan membuatkan seragam pemadam kebakaran serta topi pemadam sungguhan, bukan mainan. Lengkap dengan emblem, serta sepatu karet yang biasa kami gunakan. Pabrik kami bisa membuatnya khusus untuknya."

Terharu dan berkaca-kaca, sang ibu menyeka air mata yang sempat jatuh mendengarkan kepedulian orang yang bahkan tak dikenalnya itu.

Bagaimana Bopsy menjalani hari sebagai seorang pemadam kebakaran ya?

***

Tiga hari kemudian, Bob memberi seragam pada Bopsy dan menjemputnya dari rumah sakit, naik ke atas mobil pemadam kebakaran, di mana ia duduk di pangkuan Bob di belakang setir.

Ada tiga panggilan darurat hari itu, dan Bopsy juga ikut serta menjawab panggilan tersebut. Aksinya bahkan direkam oleh sebuah televisi setempat, di mana pada akhirnya ia mampu mewujudkan impian terakhirnya.

Karena kebahagiaan yang dimilikinya, Bopsy hidup 3 bulan lebih lama dari perkiraan dokter.

***

Hari terakhir Bopsy...

Malam di mana kondisi Bopsy sangat menurun, suster kepala tidak ingin Bopsy melewatkan malam terakhirnya sendirian. Ia mulai menghubungi seluruh keluarganya untuk datang ke rumah sakit. Ia juga ingat soal cerita Bopsy menjadi pemadam kebakaran, ia pun berusaha menghubunginya dengan harapan setidaknya ada perwakilan pemadam kebakaran yang bisa mengantar kepergian Bopsy.

Tak terduga, Bob yang menjawabnya (lagi). Ia mengatakan akan tiba di rumah sakit dalam waktu lima menit. Ia juga akan membawa serta truk pemadam kebakaran lengkap bersama anggota mereka. Mereka tidak akan datang lewat pintu, melainkan naik tangga dan muncul lewat jendela.

Begitu Bob masuk ke ruang perawatan Bopsy, ia tersadar. "Pak kepala pemadam, apakah aku benar-benar seorang pemadam kebakaran saat ini?" tanyanya melemah. "Iya Bopsy, kau adalah seorang pemadam kebakaran sekarang," jawab Bob.

Bopsy akhirnya meninggal dengan tersenyum bahagia. Impiannya menjadi pemadam kebakaran telah diwujudkan oleh ibu dan kepedulian orang-orang yang penuh cinta.

(*berdasarkan kisah nyata seperti diceritakan kembali dari wanttoknow.info)

Karena hidup itu sangat berharga, mari diisi dengan hal-hal yang membahagiakan dan bermanfaat.

Karena hidup itu sangat singkat, biarkan dihabiskan dengan keluarga dan orang terdekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog