Seni tarik suara nampaknya belum pas jika tidak dibarengi oleh gerakan tubuh atau goyangan yang mengikuti lantunan musik. Ibarat kata, jika tidak ada goyangan, irama musik bagai sayur asem tanpa garam.
Goyangan pun identik dengan musik dangdut. Goyangan pun biasanya dijadikan penyanyinya sebagai identitas diri saat di atas panggung maupun demi menjaga eksistensi mereka di industri musik.
Biasanya para penyanyi dangdut akan meliuk-liukan tubuh mereka ke kiri maupun ke kanan mengikuti alunan musik yang dimainkan. Namun, sejumlah pro dan kontra pun berdatangan manakala sebuah goyangan dinilai sudah menjadi sesuatu yang mengundang nafsu syahwat.
Sebagian orang yang pro biasanya tak mau ambil pusing terhadap goyangan sang biduan dengan menyertakan kebebasan berekspresi, namun bagi mereka yang kontra kerap memberikan label bahwa sang biduan dangdut telah menebar mudarat yang menyebabkan khalayak berpikir ke arah pornografi.
Berikut 5 goyangan yang membuat heboh lantaran dianggap erotis yang dilansir dari merdeka.com :
1. Goyang ngebor Inul Daratista
Siapa yang tak mengenal goyang ngebor. Adalah Inul Daratista, perempuan kelahiran Jawa Timur, 21 Januari 1979 tersebut merupakan orang pertama yang memopulerkan goyang ngebor beberapa tahun lalu. Ainur Rokhimah kemudian menjelma sebagai seorang Inul Daratista saat berkecimpung di industri musik Tanah Air.
Perjalanan karir Inul yang kini telah menjadi pengusaha karaoke bukanlah hal yang mudah. Awal kemunculannya dengan goyang ngebor, istri Adam Suseno tersebut mendapat tentangan keras dari Raja Dangdut Rhoma Irama.
Goyang ngebor sendiri merupakan gerakan layaknya sebuah mesin bor. Si penyanyi bertumpu kepada pinggul bawah bagian belakang kemudian disertai dengan liukan dari atas ke bawah. Sementara itu kedua tangan penyanyi ditekuk di depan dada lalu bergerak seirama dengan goyangan pada pinggul bawah bagian belakang.
Hal itulah yang dinilai Rhoma Irama goyangan tersebut erotis. Pria yang kini maju dalam bursa pencapresan 2014 tersebut menilai goyangan yang dilakukan Inul mengandung unsur pornografi sehingga akan berdampak negatif bagi mereka yang menonton.
2. Goyang gergaji Dewi Persik yang ditolak sejumlah daerah
Sesuai namanya, seorang biduan yang melakoni goyang gergaji dari sisi samping akan nampak seperti layaknya aktivitas sedang menggergaji. Dengan bertumpu dengan kedua kaki dan menghadap ke samping, biduan akan menggerakkan pinggulnya ke depan maupun belakang ditambah dengan tangan yang bergerak seiring dengan gerakan pinggul.
Dewi Murya Agung atau beken dengan nama Dewi Persik merupakan perempuan yang memopulerkan goyang gergaji. Dewi Persik atau Depe merupakan satu dari sekian banyak pengekor Inul Daratista yang menjadikan sebuah goyangan sebagai identitas diri saat di atas panggung.
Namun, goyangan janda Saiful Jamil tersebut tidaklah sepi dari kritikan. Di tahun 2008 sejumlah daerah mencekal kehadiran Depe lantaran goyang gergajinya dinilai terlalu erotis. Tangerang, Bandung, Depok, Sukabumi, Probolinggo hingga Balikpapan menolak kehadiran Dewi Persik kala itu.
Tidak hanya itu, MUI Sumatera Selatan pun turut mengeluarkan fatwa haram terhadap goyangan erotis para penyanyi dangdut termasuk goyangan Dewi Persik.
3. Goyang patah-patah dicekal di kampung halamannya
Annisa Bahar dikenal karena goyang patah-patah yang diciptakannya. Seseorang yang hendak bergoyang patah-patah diharuskan mempunyai bokong yang seksi. Karena agar dapat melakukan goyang tersebut cukup mengandalkan bokong yang kemudian digerakkan memutar searah jarum jam namun dengan tempo yang lambat.
Si biduan goyang patah-patah, Annisa Bahar pun sempat dicekal MUI Sumatera Selatan lantaran goyangannya dinilai terlalu vulgar untuk daerah tersebut. Yang paling mencengangkan, Annisa dicekal oleh satu lembaga dari daerahnya berasal yakni Sumatera Selatan.
4. Joget Caisar, racuni siswa SD
Fenomena goyang Caisar yang ditayangkan program YKS atau 'Yuk Kita Smile' di stasiun Trans TV cukup berpengaruh di tengah masyarakat. Pengaruh tersebut terlihat jelas bagi anak-anak di bawah umur yang memang sedang antusiasnya meniru tingkah laku orang lain.
Ironisnya, pengaruh negatif yang diambil anak di bawah umur usai menyaksikan tayangan joget Caisar. Seperti yang terjadi di salah satu Sekolah Dasar di Bandar Lampung. Seorang siswa tengah asyik menirukan joget Caisar di depan teman-teman perempuannya. Namun, pada saat lirik lagu menyebut 'buka sitik jos' sontak siswa tersebut secara refleks langsung menurunkan resleting celananya tepat di depan teman perempuannya.
Alhasil, siswi tersebut pun kaget dan langsung mengadukan hal tersebut kepada orangtuanya sesampainya di rumah. Para siswi yang menonton tingkah tidak seronok rekannya tersebut pun langsung merasa risih dan malu.
"Anak saya juga bercerita teman-teman perempuannya menjerit sambil menutup mata," ujar orang tua siswi tersebut.
Siswi tersebut pun lantas menanyakan makna 'buka sitik jos' pada syair lagu joget caesar. Sang ibu hanya bisa menjawab bahwa makna dari 'buka sitik jos' yakni seorang dokter yang menyuruh pasien anaknya membuka celana saat akan disuntik.
5. Goyang oplosan yang dinilai tidak edukatif
Goyang Oplosan dipopulerkan oleh presenter sekaligus pesinden Soimah dalam program 'Yuk Keep Smile' yang ditayangkan Trans TV. Lagu 'Oplosan' sendiri sebetulnya sudah populer di Jawa Timur, Namun dengan sentuhan kreativitas yang dilakukan Soimah, lagu tersebut kini akrab di telinga masyarakat lantaran diikuti oleh goyangan yang dibuat oleh Soimah.
Namun, sayang nya seiring dengan intensitas seringnya penanyangannya program tersebut, sejumlah kritikan maupun penolakan pun menyasar goyang oplosan. Pasalnya, selain ditayangkan pada saat prime time yang notabenenya waktunya anak-anak dan remaja tengah berada di depan layar kaca, goyang oplosan dinilai erotis dan memamerkan bagian tubuh.
Goyangan itu menunjukkan di mana penyanyi menghadap ke samping dengan memiringkan tubuhnya ke belakang, dan di saat itulah terlihat jelas lekukan tubuhnya.
"Ya, itu memiliki pengaruh terhadap dunia anak-anak. Apalagi jam tayangnya di jam belajar," ujar Ketua Satgas Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan saat dihubungi merdeka.com.
Ihsan menegaskan, sebuah tayangan acara seharusnya juga mempertimbangkan budaya adat di negeri sendiri. Jika menampilkan joget sensual dan seronok, alangkah baiknya tidak ditayangkan pada jam anak-anak.
"Kami akan laporkan ke KPI, yang memiliki kewenangan pengawasan penyiaran adalah KPI. Ada mekanisme-mekanisme dan tahapan yang akan dilakukan KPI terhadap tayangan tersebut," jelas Ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar